Gerimis malam itu masih saja belum reda. lena tetap saja menanti
berhentinya kereta api di stasiun, menunggu kepulangan Agus yang
selalu dia nantikan suara lembutnya. Dia sangat rindu pada temannya dan
rindu itu dirasa amat menyekam setelah hampir satu tahun ini mereka
terpisah pada jarak. Agus berkuliah di Unimed sedangkan Lena
sendiri kuliahnya IAIN.
Kereta api sudah berhenti dan penumpang berhuyung-huyung turun.
Matanya sibuk mencari Agus diantara kerumunan orang berlalu-lalang.
Namun sayang tak dia dapati Agus di sana. Janjinya untuk datang menemui Lena dirasa hanya janji belaka. Kesetiaannya menunggunya di stasiun
selama dua jam berlalu begitu saja. Amat dingin diarasa udara malam itu,
tapi hati dialah yang lebih merasakan dingin. Mimpinya yang saat itu
akan dia rasakan pelukan hangat Agus serasa melayang jauh bersama
sepinya stasiun.
Lena masih saja berdiri termangu. Matanya sudah basah akan air mata, menahan gejola hati yang kian membara.
“Hai…lama ya nunggu aku” ucap seseorang lembut.Lena berbalik arah. Matanya melotot terkejut melihat Agus telah berdiri di depannya seraya menunjukkan senyum manisnya. Lena hanya tersenyum haru dan semenit kemudian dia segera merangkul Agus, melepaskan kerindukannya pada Agus selama ini
“Hai…lama ya nunggu aku” ucap seseorang lembut.Lena berbalik arah. Matanya melotot terkejut melihat Agus telah berdiri di depannya seraya menunjukkan senyum manisnya. Lena hanya tersenyum haru dan semenit kemudian dia segera merangkul Agus, melepaskan kerindukannya pada Agus selama ini
“Kamu membuatku hampir menangis Gus” ucap Lena di sela isakan tangisnya.
“Bukan hampir tapi emang sudah kan?” canda Agus. Lena memukul kecil dada Agus. Merasa haru sekaligus bahagia. Abim hanya tertawa kecil dan mendekapku erat.
“kita pulang yuk..” ajak Agus.
“Bukan hampir tapi emang sudah kan?” canda Agus. Lena memukul kecil dada Agus. Merasa haru sekaligus bahagia. Abim hanya tertawa kecil dan mendekapku erat.
“kita pulang yuk..” ajak Agus.
Lena termangu sesaat. Kecupan lembut yang begitu dia rindukan tak
dia dapati saat itu. Sikap Agus yang selau kaku tetap dia dapati meski
telah satu tahun mereka terpisah pada jarak. Agus bukanlah tipe cowok
romantis. Agus adalah cowok tegas dan bijaksana yang tak pernah
memberinya belaian lembut kecuali dengan canda dan leluconnya. Namun
begitu Lena selalu sayang dan cinta dia. Dia sendiri yakin bahwa Agus
juga mencintainya. Buktinya selama lebih dua bulan mereka pacaran tak
sekalipun Agus menyakiti Lena.Agus selau membuatnya tertawa diantara
nada-nada humornya. Selama mereka pacaran cuma sekali Agus mencium Lena ketika ia ulang tahun dan itupun juga di kening.
“Heh..kok ngelamun sih, pulang yuk.” Kata Agus mengagetkan Lena. Lena mengangguk pelan dan membiarkan Agus menggandeng tangan Lena. Ada yang janggal saat itu dirasakannya. Ya.. Agus mau
menggandengnya.
Satu jam telah berlalu sia-sia. Agus tak kunjung datang malam
itu sesuai janjinya untuk menemui Lena di taman. Lena hanya sabar
menunggu meski setiap menit malam itu dia rasakan penuh dengan rasa iri
ketika melihat pasangan yang lain tengah memadu kasih. Romantis sekali.
Dia jadi teringat akan kata-kata Tambunan tadi siang yang membuat
perasaannya bimbang.
“menurut ku pacaran tanpa belaian dan ciuman itu ibarat makan tanpa lauk, kurang lengkap.” Ceplos Tambunan mengomentari Lena ketika ia menceritakan tentang sikap Agus selama mereka pacaran. Mendengar komentar Tambunan, Lena hanya tertunduk.
“Coba kamu pikir selama kamu pacaran apa yang sudah Agus kasih ke kamu. Cuma kasih sayang? Itu kurang non, apa kamu cukup puas dengan ngerasain kasih sayang itu dan apa kamu sudah pernah dapat wujud dari kasih sayang itu?”
“maksud mu?”tanyaku tak mengerti.
“misalnya kalau dia apel dia ngasih setangkai mawar buat kamu atau setidaknya dia mencium kening mu sebagai ungkapan dia sayang dan cinta sama kamu”
“Agus memang tidak pernah melakukannya Nan…” kata Lena datar.
“Lha terus kenapa kamu betah. Cowok nggak romantis gitu kenapa masih kamu pertahankan. Bisa makan ati tahu nggak! Boro-boro kamu dibelai, dipegang saja tidak. Menurut ku cowok seperti itu tidak bisa menghargai arti cinta. kamu benda hidup Len, yang kadang juga ingin disentuh, tapi sayangnya kamu bego jika harus rela menyerahkan hati mu pada dia.” ucap Tambunan panjang lebar yang selalu mengiang-ngiang di telingaku.
“Apa benar kata Tambunan? Entahlah aku sendiri tak mengerti. Kadang aku sendiri sempat berfikir apa benar Agus mencintaiku, karena selama ini Agus tak sekalipun membelaiku ketika dia apel. Hatiku benar-benar sakit mengingat itu semua. Agus bukanlah tipe cowok romantis yang selau kuimpikan, Agus yang selau bersikap biasa bila bersamaku dan anehnya semua itu kujalani begitu saja selama tiga tahun lebih, bukan waktu yang singkat memang, karena itu aku selalu berusaha menepis jauh-jauh kegundahanku soal cowok romantis.”
“menurut ku pacaran tanpa belaian dan ciuman itu ibarat makan tanpa lauk, kurang lengkap.” Ceplos Tambunan mengomentari Lena ketika ia menceritakan tentang sikap Agus selama mereka pacaran. Mendengar komentar Tambunan, Lena hanya tertunduk.
“Coba kamu pikir selama kamu pacaran apa yang sudah Agus kasih ke kamu. Cuma kasih sayang? Itu kurang non, apa kamu cukup puas dengan ngerasain kasih sayang itu dan apa kamu sudah pernah dapat wujud dari kasih sayang itu?”
“maksud mu?”tanyaku tak mengerti.
“misalnya kalau dia apel dia ngasih setangkai mawar buat kamu atau setidaknya dia mencium kening mu sebagai ungkapan dia sayang dan cinta sama kamu”
“Agus memang tidak pernah melakukannya Nan…” kata Lena datar.
“Lha terus kenapa kamu betah. Cowok nggak romantis gitu kenapa masih kamu pertahankan. Bisa makan ati tahu nggak! Boro-boro kamu dibelai, dipegang saja tidak. Menurut ku cowok seperti itu tidak bisa menghargai arti cinta. kamu benda hidup Len, yang kadang juga ingin disentuh, tapi sayangnya kamu bego jika harus rela menyerahkan hati mu pada dia.” ucap Tambunan panjang lebar yang selalu mengiang-ngiang di telingaku.
“Apa benar kata Tambunan? Entahlah aku sendiri tak mengerti. Kadang aku sendiri sempat berfikir apa benar Agus mencintaiku, karena selama ini Agus tak sekalipun membelaiku ketika dia apel. Hatiku benar-benar sakit mengingat itu semua. Agus bukanlah tipe cowok romantis yang selau kuimpikan, Agus yang selau bersikap biasa bila bersamaku dan anehnya semua itu kujalani begitu saja selama tiga tahun lebih, bukan waktu yang singkat memang, karena itu aku selalu berusaha menepis jauh-jauh kegundahanku soal cowok romantis.”
Tapi tidak dengan malam itu. Ketidaksabaran Lena menunggu Agus
yang molor datang membuat dia semakin yakin kalau Agus tidak
menyayanginya ataupun mencintainya. Hubungan itu hanya sebagai hubungan
berstatus pacaran tapi tanpa cinta. Meskipun dua bulan yang lalu Agus
resmi mengikrarkan cintanya pada Lena.
No comments:
Post a Comment