Dahulu kala, kucing dan tikus adalah sahabat sejati. Mereka hidup dalam
satu rumah. Kemanapun kucing pergi maka si tikus ikut
menemaninya.Begitu pula bila si tikus berjalan-jalan maka si kucing
selalu mengikutinya. Si kucing menjadi pelindung si tikus yang memang
bertubuh kecil. Setiap ada hewan yang berusaha mencederai si tikus maka
si kucing yang pertama kali membelanya. Apapun kesalahan yang dilakukan
si tikus terhadap teman-temannya namun si kucing tetap membelanya.
Bahkan sebagai tanda eratnya persahabatan mereka si kucing memberi
julukan si tikus dengan namanya yaitu SI MEONG
dan si kucing diberi nama SI MOUSE disingkat SI PUS.
Tidak hanya dalam pergaulan mereka selalu bersama-sama. bahkan dalam hal pembagian makanan mereka senantiasa membagi sama rata sebelum dimakan bersama-sama. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati bersama ketika mereka memutuskan untuk bersahabat.
Suatu malam, si tikus merasa perutnya lapar. Ia ingin mengajak si kucing untuk mencari makanan. Namun si tikus kecewa sebab si kucing ternyata telah tertidur pulas. Ia tidak ingin membangunkannya. Maka si tikus pergi sendirian mencari makanan.Ia berjalan kemana saja tanpa tujuan. Ia berharap bisa mendapatkan sepotong makanan untuk mengisi perutnya yang lapar.
"Aduh, harus kemana lagi aku mencari makanan?" kata si tikus. "Hampir sepanjang jalan aku tidak menemukan sepotong makananpun....huu..huu..huu." Si tikus semakin bersedih. Perutnya makin terasa lapar. Namun ia tetap berusaha mencari makanan kemana saja.
Tiba-tiba si tikus berteriak kegirangan karena di perempatan jalan ia menemukan sepotong daging yang ukurannya cukup besar.
"Horee...akhirnya aku mendapatkan makanan!" teriak si tikus. "Wah besar sekali ukurannya...bisa untuk jatah makan selama seminggu, nih." Kemudian ia cepat-cepat menyeret daging tersebut untuk dibawanya pulang. Meskipun dengan susah payah, namun si tikus melakukannya dengan penuh kegembiraan. Sehingga rasa capek, lelah dan lapar tidak dirasakannya. Sepanjang jalan ia membawa potongan daging sambil bernyanyi-nyanyi. Akhirnya, setelah sampai di depan rumah si tikus berteriak-teriak memanggil si kucing.
"Hoiii....kucing...ayo kemari....ada kabar gembira untuk kita...!" teriak si tikus. "Hoii...bangun...ada kabar gembira, nih!"
Si kucing terkejut mendengar teriakan si tikus. Ia segera menghampiri temannya. "Wow...sepotong daging segar...mantab," pikir si kucing. "Kebetulan sudah sebulan ini aku tidak pernah makan daging. Sekarang aku akan menikmati daging yang dibawa si tikus," pikir si kucing mulai timbul rasa serakahnya.
"Wah...daging segar...terima kasih sahabatku," kata si kucing kepada si tikus.
"Lho...lho...lho...apa maksudmu dengan ucapan terima kasih itu, kucing?" tanya si tikus.
"Ah tidak...maksudku...terimakasih kamu telah mendapatkan sepotong daging...dan daging itu juga untuk aku khan?"
"Iya...kan perjanjian kita seperti itu...apapun makanan yang kita dapat harus kita bagi rata...benar, khan?" kata si tikus.
"Iya ya...," jawab si kucing sambil terus memperhatikan sepotong daging segar yang dibawa si tikus. "Okey kalau begitu mari kita bagi sama rata ya...ayo berikan daging itu, Tikus...biar aku yang bertugas membaginya."
Kemudian si tikus memberikan daging yang dibawanya kepada si kucing untuk dibagi sama rata. Dan si kucing lalu mengambil pisau dan berusaha memotong daging di hadapannya sama rata. Setelah daging terpotong menjadi dua, lalu si kucing dan si tikus memperhatikan ukuran dagingnya.
"Wah...ternyata daging bagianmu terlalu besar, Tikus," kata si kucing. "Harus dipotong, nih agar bagian kita sama besar." Kemudian si kucing memotong sedikit daging milik si tikus agar potongan daging di tikus sama besar dengan potongan daging si kucing. Namun si kucing bertindak curang, ternyata potongan sisa daging yang telah dipotongnya tidak ditambahkan ke potongan daging miliknya agar ukurannya sama dengan milik si tikus, namun sisa potongan daging itu langsung dimakannya.
"Waduh...kini daging bagianku yang kelihatannya agak besar, sabar ya saya potong dulu dagingnya agar ukurannya sama besar" kata si kucing sambil memotong dagingnya untuk disamakan dengan ukuran daging milik si tikus. Dan kali ini si kucing berbuat curang lagi. Sisa potongan daging langsung dimakannya juga. Berkali-kali si kucing berbuat begitu di hadapan si tikus. Akhirnya potongan daging milik si tikus dan si kucing makin bertambah kecil karena dipotong-potong oleh si kucing. Si kucing ternyata telah berbuat curang terhadap si tikus. Si tikus menyadari bahwa temannya telah berbuat curang kepadanya. Ia diam saja sambil menyusun siasat agar si kucing menghentikan perbuatannya.
Ketika si kucing merasa kehausan setelah berkali-kali makan potongan-potongan daging maka ia minta ijin si tikus untuk mengambil air minum. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si tikus. Ia segera mengambil cabe rawit, lalu mengoles-oleskan cabe rawit ke potongan daging milik si kucing. Setelah itu si tikus kembali ke tempat duduk semula sambil menunggu si kucing keluar.
"Nah...kini rasa hausku telah hilang," kata si kucing. "Dan sekarang pembagian daging ini kita lanjutkan yaa...O ya kelihatannya daging bagianku kelihatannya tidak sama dan terlalu besar dibanding dengan milikmu...oke saya potong ya..." Lalu si kucing segera memotong daging miliknya. Dan seperti kejadian sebelumnya, ia langsung memasukkan potong daging tersebut ke dalam mulutnya. Si kucing tidak sadar bahwa potongan daging miliknya telah diolesi cabe rawit oleh si tikus.
"Wuaahhh aduh...oooo...aaaa...oooo...aaaa....pedas...pedas......pedas...ada apa dengan daging ini? Ampun..ampun....ampuunnnn....panas.....panasss......" demikian teriak si kucing sambil berlari kesana kemari merasakan mulutnya terasa panas akibat makan potongan daging yang telah diolesi cabe rawit oleh si tikus.
"Hahahahahaha....itulah hukuman bagi sang curang!" teriak si tikus sambil tertawa terbahak-bahak dan membawa lari sisa potongan daging yang telah berukuran kecil akibat dipotong-potong oleh si kucing. Namun ia tetap bersyukur karena masih bisa menikmati sisa daging segar yang telah ditemukannya. Kini ia berusaha lari sejauh-jauhnya meninggalkan si kucing yang telah melanggar perjanjian dan telah mencuranginya.
Sebaliknya si kucing terus berteriak-teriak menahan rasa panas di mulutnya akibat makan potongan daging yang telah diolesi cabe rawit oleh si tikus. Ia terus berlari kesana kemari namun rasa panas di mulutnya masih belum hilang juga.
"Awas kamu si tikus...aku akan mencarimu kemana saja kamu lari. Pokoknya aku akan membuat perhitungan dengan kamu bila aku berhasil menemukanmu.! Aku berjanji akan selalu mencarimu.
Dan akhirnya mulai saat itu, si tikus senantiasa menghindar dan berlari menjauh apabila bertemu si kucing. Si tikus takut menemui si kucing karena si kucing akan membuat perhitungan dengannya. Dan setiap hari, kemanapun si kucing mencari si tikus senantiasa memanggil-manggilnya dengan teriakan : "MEONG....MEONG...MEONG...MEONG..."
Tidak hanya dalam pergaulan mereka selalu bersama-sama. bahkan dalam hal pembagian makanan mereka senantiasa membagi sama rata sebelum dimakan bersama-sama. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati bersama ketika mereka memutuskan untuk bersahabat.
Suatu malam, si tikus merasa perutnya lapar. Ia ingin mengajak si kucing untuk mencari makanan. Namun si tikus kecewa sebab si kucing ternyata telah tertidur pulas. Ia tidak ingin membangunkannya. Maka si tikus pergi sendirian mencari makanan.Ia berjalan kemana saja tanpa tujuan. Ia berharap bisa mendapatkan sepotong makanan untuk mengisi perutnya yang lapar.
"Aduh, harus kemana lagi aku mencari makanan?" kata si tikus. "Hampir sepanjang jalan aku tidak menemukan sepotong makananpun....huu..huu..huu." Si tikus semakin bersedih. Perutnya makin terasa lapar. Namun ia tetap berusaha mencari makanan kemana saja.
Tiba-tiba si tikus berteriak kegirangan karena di perempatan jalan ia menemukan sepotong daging yang ukurannya cukup besar.
"Horee...akhirnya aku mendapatkan makanan!" teriak si tikus. "Wah besar sekali ukurannya...bisa untuk jatah makan selama seminggu, nih." Kemudian ia cepat-cepat menyeret daging tersebut untuk dibawanya pulang. Meskipun dengan susah payah, namun si tikus melakukannya dengan penuh kegembiraan. Sehingga rasa capek, lelah dan lapar tidak dirasakannya. Sepanjang jalan ia membawa potongan daging sambil bernyanyi-nyanyi. Akhirnya, setelah sampai di depan rumah si tikus berteriak-teriak memanggil si kucing.
"Hoiii....kucing...ayo kemari....ada kabar gembira untuk kita...!" teriak si tikus. "Hoii...bangun...ada kabar gembira, nih!"
Si kucing terkejut mendengar teriakan si tikus. Ia segera menghampiri temannya. "Wow...sepotong daging segar...mantab," pikir si kucing. "Kebetulan sudah sebulan ini aku tidak pernah makan daging. Sekarang aku akan menikmati daging yang dibawa si tikus," pikir si kucing mulai timbul rasa serakahnya.
"Wah...daging segar...terima kasih sahabatku," kata si kucing kepada si tikus.
"Lho...lho...lho...apa maksudmu dengan ucapan terima kasih itu, kucing?" tanya si tikus.
"Ah tidak...maksudku...terimakasih kamu telah mendapatkan sepotong daging...dan daging itu juga untuk aku khan?"
"Iya...kan perjanjian kita seperti itu...apapun makanan yang kita dapat harus kita bagi rata...benar, khan?" kata si tikus.
"Iya ya...," jawab si kucing sambil terus memperhatikan sepotong daging segar yang dibawa si tikus. "Okey kalau begitu mari kita bagi sama rata ya...ayo berikan daging itu, Tikus...biar aku yang bertugas membaginya."
Kemudian si tikus memberikan daging yang dibawanya kepada si kucing untuk dibagi sama rata. Dan si kucing lalu mengambil pisau dan berusaha memotong daging di hadapannya sama rata. Setelah daging terpotong menjadi dua, lalu si kucing dan si tikus memperhatikan ukuran dagingnya.
"Wah...ternyata daging bagianmu terlalu besar, Tikus," kata si kucing. "Harus dipotong, nih agar bagian kita sama besar." Kemudian si kucing memotong sedikit daging milik si tikus agar potongan daging di tikus sama besar dengan potongan daging si kucing. Namun si kucing bertindak curang, ternyata potongan sisa daging yang telah dipotongnya tidak ditambahkan ke potongan daging miliknya agar ukurannya sama dengan milik si tikus, namun sisa potongan daging itu langsung dimakannya.
"Waduh...kini daging bagianku yang kelihatannya agak besar, sabar ya saya potong dulu dagingnya agar ukurannya sama besar" kata si kucing sambil memotong dagingnya untuk disamakan dengan ukuran daging milik si tikus. Dan kali ini si kucing berbuat curang lagi. Sisa potongan daging langsung dimakannya juga. Berkali-kali si kucing berbuat begitu di hadapan si tikus. Akhirnya potongan daging milik si tikus dan si kucing makin bertambah kecil karena dipotong-potong oleh si kucing. Si kucing ternyata telah berbuat curang terhadap si tikus. Si tikus menyadari bahwa temannya telah berbuat curang kepadanya. Ia diam saja sambil menyusun siasat agar si kucing menghentikan perbuatannya.
Ketika si kucing merasa kehausan setelah berkali-kali makan potongan-potongan daging maka ia minta ijin si tikus untuk mengambil air minum. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si tikus. Ia segera mengambil cabe rawit, lalu mengoles-oleskan cabe rawit ke potongan daging milik si kucing. Setelah itu si tikus kembali ke tempat duduk semula sambil menunggu si kucing keluar.
"Nah...kini rasa hausku telah hilang," kata si kucing. "Dan sekarang pembagian daging ini kita lanjutkan yaa...O ya kelihatannya daging bagianku kelihatannya tidak sama dan terlalu besar dibanding dengan milikmu...oke saya potong ya..." Lalu si kucing segera memotong daging miliknya. Dan seperti kejadian sebelumnya, ia langsung memasukkan potong daging tersebut ke dalam mulutnya. Si kucing tidak sadar bahwa potongan daging miliknya telah diolesi cabe rawit oleh si tikus.
"Wuaahhh aduh...oooo...aaaa...oooo...aaaa....pedas...pedas......pedas...ada apa dengan daging ini? Ampun..ampun....ampuunnnn....panas.....panasss......" demikian teriak si kucing sambil berlari kesana kemari merasakan mulutnya terasa panas akibat makan potongan daging yang telah diolesi cabe rawit oleh si tikus.
"Hahahahahaha....itulah hukuman bagi sang curang!" teriak si tikus sambil tertawa terbahak-bahak dan membawa lari sisa potongan daging yang telah berukuran kecil akibat dipotong-potong oleh si kucing. Namun ia tetap bersyukur karena masih bisa menikmati sisa daging segar yang telah ditemukannya. Kini ia berusaha lari sejauh-jauhnya meninggalkan si kucing yang telah melanggar perjanjian dan telah mencuranginya.
Sebaliknya si kucing terus berteriak-teriak menahan rasa panas di mulutnya akibat makan potongan daging yang telah diolesi cabe rawit oleh si tikus. Ia terus berlari kesana kemari namun rasa panas di mulutnya masih belum hilang juga.
"Awas kamu si tikus...aku akan mencarimu kemana saja kamu lari. Pokoknya aku akan membuat perhitungan dengan kamu bila aku berhasil menemukanmu.! Aku berjanji akan selalu mencarimu.
Dan akhirnya mulai saat itu, si tikus senantiasa menghindar dan berlari menjauh apabila bertemu si kucing. Si tikus takut menemui si kucing karena si kucing akan membuat perhitungan dengannya. Dan setiap hari, kemanapun si kucing mencari si tikus senantiasa memanggil-manggilnya dengan teriakan : "MEONG....MEONG...MEONG...MEONG..."
No comments:
Post a Comment