Tingkatan Iman
Iman antara satu orang dengan seorang yang lain tidak sama. Ulama telah membagi iman menjadi 5 peringkat:
1. Iman Taqlid
2. Iman Ilmu
3. Iman ‘Ayan
4. Iman Haq
5. Iman Haqiqat
Iman Taqlid
Iman Taqlid adalah iman ikut-ikutan, yaitu orang yang beriman dengan
semua rukun iman tetapi hanya ikut-ikutan saja. Pegangan Islamnya tidak
kuat, prinsip Islamnya tidak kukuh. Dia tidak memiliki alasan yang kuat
mengapa ia beriman. Kalau ditanya, “Apa bukti wujudnya Allah?” Dia hanya
mampu menjawab, “Saya mendengar orang berkata ada, maka saya pun
mengatakan ada”. Sandaran keyakinannya pada orang lain, dia tidak
memiliki dalil ‘aqli maupun naqli (dalil akal atau dalil Al Quran) untuk
membuktikan keyakinannya pada rukun iman.
Mayoritas umat Islam hari ini, baik berpangkat atau tidak, miskin atau
kaya, bodoh atau bijak, adalah orang-orang yang beriman taqlid. Mereka
yang beragama Islam karena secara kebetulan dilahirkan dari ibu dan
bapak yang beragama Islam. Keyakinan mereka kepada Allah hanya karena
kebiasaan sejak lahir. Mereka lebih tahu tentang anatomi seekor kuman
yang sangat kecil, daripada Allah Yang Maha Besar. Mereka lebih mahir
tentang bentuk bumi yang sulit dan rumit daripasa suasana kiamat yang
dahsyat. Mereka lebih yakin dengan teori sains daripada janji-janji
Allah yang terkandung dalam Al Quran dan Hadist.
Sifat orang yang beriman taqlid terhadap agama Islam seperti daun kering
yang ditiup angin kesana-kemari. Mereka tidak dapat mengawal keyakinan
nafsu yang liar, juga tidak sanggup berhadapan dengan ujian. Menurut
dalil yang paling jelas, iman taqlid ini tidak sah. Segala amal ibadah
orang yang beriman taqlid tertolak dan tidak mendapat pahala di sisi
Allah. Bila iman seseorang ini tidak diterima, seluruh amalannya tidak
akan diterima. Kalau orang ini mati dalam keadaan taqlid tanpa berniat
menuntut ilmu dan menambah iman, maka mati sebagai orang kafir dan kekal
di dalam Neraka.
Tetapi Allah memberi maaf kepada orang yang terlalu bodoh, walaupun
telah belajar sungguh-sungguh tapi masih tidak dapat. Ada ulama yang
mengatakan iman taqlid bagi orang seperti itu, dengan syarat
keyakinannya masih jazam.
Iman Ilmu
Iman Ilmu adalah iman yang berdasarkan ilmu, yaitu seorang yang telah
mempelajari tentang Allah, malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, hari kiamat
dan lain-lain yang diwajibkan mengimaninya. Ilmu minimal yang mesti
dimiliki oleh seseorang yang membolehkan berada di taraf iman ilmu
adalah:
1. 20 Sifat yang wajib bagi Allah dengan dalil-dalil ‘aqli (akal) dan
naqli (Al Quran) secara ijmali (ringkas, tanpa kutipan yang terperinci).
2. 20 Sifat yang mustahil bagi Allah dengan dalil-dalil ‘aqli dan naqli secara ijmali.
3. 1 Sifat yang mubah (boleh) bagi Allah dengan dalil-dalil ‘aqli dan naqli secara ijmali.
4. 4 Sifat yang wajib bagi Rasul, 4 Sifat yang mustahil bagi Rasul dan 1
Sifat yang boleh bagi Rasul dengan dalil-dalil ‘aqli dan naqli secara
ijmali.
Kesemua sifat Allah dan Rasul yang berjumlah 50 itu diyakini dan
difahami sungguh-sungguh. 50 Sifat inilah yang terkandung dalam kalimat
syahadat. Inilah yang dikatakan ‘aqaidul iman atau kesimpulan iman.
Jika seseorang itu telah mempelajarinya, memahami dan menyakininya maka
orang ini dikatakan beriman ilmu. Sifat-sifat orang yang beriman ilmu
ialah:
1. Imannya serta keyakinannya berasas dan kuat bertunjang pada akalnya.
2. Iktiqadnya disertai dengan dalil yang kuat serta pegangan yang kokoh.
3. Mereka benar-benar berada dalam fikiran tauhid yang mantap dan
unggul, tidak mudah goyang dan terpengaruh dengan faham dan ideologi
selain Islam.
4. Walaupun begitu, mereka tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
5. Mereka tidak takut pada Allah dan mudah berbuat durhaka pada Allah.
6. Mereka hanya mampu mengatakan Islam tapi tidak mampu berbuat atau
mengamalkannya. Mereka tidak takut dengan ayat Allah yang berbunyi :
“Wahai orang-orang yang beriman, jangan kamu perkatakan apa yang tidak
kamu lakukan. Teramat besar kebencian di sisi Allah, apa yang kamu
katakan tetapi tidak kamu lakukan” [As Shaf : 2-3]
Jadi iman ilmu belum lagi dapat menyelamatkan seseorang itu dari Neraka
Allah, karena imannya baru berasas di akal dan belum menjunam ke hati.
Iman 'Ayan
Iman 'Ayan, tarafnya lebih tinggi dari iman ilmu. Hasil dari latihan
yang bersungguh-sungguh, orang yang beriman ilmu akan meningkat kepada
iman ayan. Antara sifat orang-orang yang beriman ayan adalah:
1. Imannya bertempat di hati (jiwa), bukan lagi di pikiran sebagaimana orang beriman ilmu.
2. Hatinya senantisasa mengingati Allah. Dia senantiasa mempunyai
hubungan hati dengan Allah, firman Allah : Mereka yang senantiasa
mengingati Allah dalam waktu berdiri, waktu duduk, dan waktu berbaring,
dan mereka senantiasa memikirkann tenatng kejadian langit dan bumi,
seraya mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, tidak Engkau jadikan semua ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jauhilah kami dari azab Neraka”. [Ali
Imran : 191]
3. Ibadahnya khusyuk dan meresap ke hati.
4. Senantiasa merasakan kebesaran Allah di mana saja berada dan menyerah
diri kepada Allah tanpa syak dan ragu, firman Allah : “Sesungguhnya
orang yang sebenarnya beriman ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu berjihad dengan harta
dan diri mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”
[Al Hujurat : 15]
5. Hati sensitif dengan Allah. Bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka. Firman Allah : “Bahwasanya orang Mukmin yang sebenar apabila
disebut nama Allah, dan dibaca ayat-ayat Quran, bertambah iman mereka
dan hanya kepada Tuhan mereka (Allah) saja mereka menyerah diri.” [Al
Anfal : 2]
6. Semua perintah Allah, kecil atau besar dipatuhi dan semua larangan
Allah baik sesuai atau tidak sesuai nafsunya, ditinggalkan dengan penuh
kerelaan. Firman Allah : “Kami dengar dan kami taat, mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” [An Nur : 51]
7. Terlalu sensitif dengan dosa. Sabda Rasulullah : “Orang Mukmini itu,
apabila terbuat sedikit dosa, terasa seperti gunung yang besar, yang
hendak menimpa mereka.”
8. Sangat berakhlak dengan Allah dan dengan manusia. Hati senantiasa
merasa khusyuk, takut, terasa diawasi oleh Allah, tidak cinta dunia dll.
9. Sabar berhadapan dengan ujian-ujian hidup. Sudah mampu mengamalkan Islam dalam diri, keluarga dan masyarakat.
10. Senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan dari Allah.
11. Tidak lama di hisab di akhirat dan mudah masuk ke surga.
Di dalam Al Quran, Allah memuji golongan yang beriman ayan dan menamakan
mereka dengan berbagai nama yang baik, diantaranya : Solehin
(orang-orang yang baik), Abrar (orang-orang yang berbakti), Muflihun/Al
faizun (orang-orang yang mendapat kemenangan), Ashabul Yamin (orang yang
akan menerima suratan amalan dari sebelah kanan di Padang Mahsyar
nanti.
Iman Haq
Iman haq adalah iman yang sebenarnya, yang dicapai sesudah iman ayan.
Seseorang yang mencapai iman haq, mata hatinya melihat Allah, artinya
setiap kali ia melihat kejadian, hati dan fikirannya tertumpu kepada
Allah. Sifatnya ialah:
1. Ingatannya kepada Allah bukan dibuat-buat, terasa hebat dan takut
kepada Allah setiap masa. Hatinya tidak lekang dari mengingati Allah,
karam atau khusyuk dengan-Nya.
2. Hati tidak terpaut dengan dunia dan tidak dapat dilalaikan oleh nafsu
dan syaitan. Cintanya penuh pada Allah dan pada kehidupan akhirat.
3. Mereka diberi gelar sebagai Muqorrobin oleh Allah, yakni orang-orang yang terlalu dekat dirinya dengan Allah.
4. Kebaikan orang soleh itu dianggap satu kejahatan oleh orang-orang Muqorrobin.
5. Mereka lah yang dikenal sebagai wali Allah, karena memiliki
sifat-sifat istimewa, sebagaiman firman Allah : “Sesungguhnya wali-wali
Allah itu tidak pernah merasa takut dan duka cita” [Yunus : 62]
6. Hati dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah seperti zuhud, ikhlas, tawadhu', dan lain-lain.
7. Mereka senantiasa menunaikan perintah Allah, tidak merasa gembira bila dpuji dan tidak merasa hina bila dikeji.
8. Kebahagiaan hati mereka lebih utama daripada uang. Mereka mendapat Al Jannatul ‘Ajilah atau surga yang disegerakan.
9. Mereka cinta akhirat sebagaimana orang lain mencintai dunia.
Mereka inilah yang layak Allah serahkan dunia ini untuk diurus. Firman
Allah : “Sesungguhnya Allah akan wariskan bumi ini kepada orang yang
soleh”. [Al Anbiya : 105]
Iman Haqiqat
Iman haqiqat ialah peringkat iman yang tertinggi dan paling sempurna.
Inilah taraf inam yang dimiliki oleh para Rasul, Nabi, Khulafaur
Rasyidin dan wali-wali besar, yaitu para kekasih Allah. Mereka akan
ditempatkan oleh Allah di dalam surga yang paling tinggi. Mereka
dimasukkan ke dalam surga tanpa melalui hisab. Hidup mereka 24 jam asyik
dengan Allah. Hati mereka kekal mengingati Allah dalam tidur maupun
berjaga. Setiap perbuatan mereka semua menjadi ibadah kepada Allah.
Ibadah mereka hebat, solat sunat paling kurang 300 rakaat sehari
semalam. Akhlak mereka terbaik dan termulia. Allah akan turunkan barakah
di mana mereka berada. Merekalah golongan super-scale akhirat. Hidup di
dalam Surga Yang Maha Indah dan Maha Lezat. Allah karuniakan nikmat
tersebut untuk membalas cinta dan pengorbanan mereka yang sungguh besar.
Setelah kita mengenal peringkat mana iman kita, hendaklah kita
meningkatkannya hingga mencapai tingkat iman yang tinggi yang selamat
sejahtera menuju Allah.
Di dalam Al-Qur’an disebutkan 3 tingkatan nafsu manusia, yaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah, dan nafsu mutmainah.
NAFSU AMARAH (Q.S.Yusuf: 53)
”Dan aku (Zulaecha/Yusuf ?) tidak dapat membebaskan diriku dari
tuduhan tidak berkhianat kpd-Nya, karena nafsu-amarah itu selalu
merangsang untuk berbuat kejahatan; kecuali nafsu yg disayangi oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun dan Penyayang”.
Nafsu Amarah adalah potensi/dorongan/hasrat/nafsu yang belum terkendali.
Manusia yang memiliki nafsu amarah sepanjang hidupnya akan
dikendalikan oleh hawa nafsunya…dan manusia semacam ini tak ubahnya
seperti binatang….naudzubillah.
NAFSU LAWWAMAH (Q.S. Al-Qiyamah: 1–2)
”Aku (Allah) bersumpah dengan hari kiamat. Dan Aku bersumpah dg nafsu lauwamah” .
Nafsu Lawwamah adalah potensi/dorongan/hasrat/nafsu yang berusaha dikendalikan sesuai perintah Tuhan.
Manusia yang memiliki nafsu lawwamah mereka akan labil. Di satu saat
dia mengikuti akalnya, di saat yang lain dia mengikuti nafsunya. Namun
kecenderungannya dia akan mengikuti nafsunya lebih besar daripada
akalnya.
NAFSU MUTMAINNAH (Q.S. Al-Fajri: 27-30 )
“Wahai nafsul mutmainah (jiwa yang tenang), kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”
Nafsu Mutmainah adalah potensi/dorongan/hasrat/nafsu yang sudah terkendali/sesuai perintah Tuhan.
Manusia yang memiliki nafsu mutmainah nafsunya akan selalu mengikuti
akalnya sehingga ia selalu berhati-hati tidak terburu-buru dan gegabah
menuruti keinginan nafsunya. Manusia-manusia inilah yang diseru Allah
untuk memasuki surga-Nya. Subhanallah…alangkah indahnya manusia yang
memiliki nafsu mutmainah, bahkan Allah Ta’ala pun memanggil-manggil
mereka untuk masuk dalam surga-Nya.
Sobats…apakah pada saat ini kita masih menjadi tuan bagi nafsu kita?
Apakah kita pada saat ini masih diperbudak nafsu kita. Yuuuuuks kita
melihat kembali ke dalam kehidupan sehari-hari…
Sobats…nafsu amarah…lawwamah bisa jadi akan terus memperbudak kita
jika kita tidak terus memaksa diri kita untuk memiliki nafsu mutmainah.
Berikut dalam Al Qur’an Surat As Sajdah (32) 15-16 disebutkan bagaimana orang-orang beriman telah memaksa nafsu mereka:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami
adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami
mereka menyungkur sujud dan bertasbih memuji Tuhannya, sedang mereka
tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya,
sedang mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harap, dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.”
Oleh karena itu….mari sobats…untuk diri saya terutama….marilah kita
terus berusaha membina nafsu kita menjadi nafsu mutmainah. Mudah-mudahan
kita termasuk ke dalam golongan yang mendapat panggilan Allah untuk
memasuki surga-Nya.
Amin Ya Rabbal Alamin.