Penulis: Agus jiddan
Kita bukanlah manusia sempurna yang tak pernah berlumur dosa. Hanya
sekumpulan insan yang mencoba untuk menjadi yang terbaik untuk keluarga
serta agama. Berjuang hingga tetes darah penghabisan menimba ilmu tanpa
kenal putus asa. Semua demi menggapai masa depan cerah berwarna,
berperantara usaha cipta penuh karya nyata.
1. Makan tak pernah sendiri, sebab selalu ada sahabat yang siap menemani.
Solidaritas
kita tinggi, bro! Kita gak pernah makan sendiri walaupun hidangan di
depan mata hanya sebutir combro. Kita setia kawan, man! Moto kita: makan
tidak makan yang penting ngumpul, sambil membayangkan suatu saat akan
bisa rame-rame makan ramen.
2. Aturan tak terlalu dipikirkan. Jika melanggar kita siap dihukum dan siap di-bully oleh teman-teman.
ngga menjadi pemuda harapan negeri. Hidup santri!
Ditakzir udah biasa bagi kita. Mungkin ada sebagian dari kita yang
merasa bahwa kalau belum pernah dihukum, berarti nyantrinya belum
"benar". Santri itu tidak selalu lurus, kita juga kadang ada yang
memilih menjalani hari-hari yang tidak mulus di pondok. Tapi ada baiknya
jangan dicontoh ya, maklum kita dulu anaknya agak ceroboh. Hehehe.
3. Kita adalah pasukan terlatih, siap antri mandi walaupun tahu menunggu itu letih.
Kadang
bukan antrinya yang lama, tapi nunggu airnya penuh yang memakan waktu.
Bisa juga sebaliknya, airnya cepat penuh tapi antriannya panjang minta
ampun. Kita biasanya membiarkan gayung berisi peralatan yang antri
panjang di depan pintu kamar mandi.
Letih memang harus seperti itu
setiap hari, tapi paling tidak penantian kita tidak sia-sia. Badan kita
harum kembali dan siap ngaji lagi. Eaaa…
4. Saat akhir bulan datang dan dompet sudah mulai kerontang, selalu ada sahabat yang siap dijadikan tempat untuk ngutang.
Ditakzir udah biasa bagi kita. Mungkin ada sebagian dari kita yang
merasa bahwa kalau belum pernah dihukum, berarti nyantrinya belum
"benar". Santri itu tidak selalu lurus, kita juga kadang ada yang
memilih menjalani hari-hari yang tidak mulus di pondok. Tapi ada baiknya
jangan dicontoh ya, maklum kita dulu anaknya agak ceroboh. Hehehe.
5. Tidak ada kepemilikan mutlak terhadap barang pribadi di pondok. Satu untuk semua, semua untuk semua!
Kan
sudah dibilang kita ini rasa solidaritasnya tinggi. Makan bareng, mandi
bareng bahkan barang pribadi hampir saja digunakan bareng. Khusus
santri cowok, semua peralatan mandi sepertinya memang menggunakan motto:
Satu untuk semua. Satu odol untuk semua santri pondok. Luar biasa, yah?
Tapi,
justru itu seninya. Hanya kita para santri yang mampu bermurah hati
menyerahkan barang pribadi yang udah susah payah dibeli pakai uang
sendiri tapi malah dipakai oleh orang lain. Hebat, kan?
6. Kita gak pernah galau karena cinta, kita hanya galau jika muraja’ah kacau dan terbata-bata.
Minggu depan setoran ya, langsung satu juz. Persiapkan baik-baik.
Bukan
santri tulen kalau bisanya cuma galau karena hal sepele seperti itu.
Kita tak pernah mengejar cinta ala manusia, kita hanya mengharap cinta
dari Sang Pencipta dengan perantara hafalan kalam suci-Nya. Galau kita
bukan karena tidak mendapat balasan chatting dari si doi, bukan itu.
Hati kita bisa jadi gelisah galau merana hanya karena muraja'ah
tiba-tiba amburadul atau bahkan menguap entah kemana.
7. Persahabatan antar santri adalah yang paling loyal, tak akan pernah lekang hingga datang waktu ajal.
Persahabatan kita bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu…
Kata-kata
di atas mungkin sudah cukup mewakili jenis pertemanan seperti apa yang
terjalin di antara kita, para santri. Berasal dari daerah yang berbeda,
latar belakang yang berbeda, kemampuan belajar yang berbeda dan kita
solid dalam mengejar ilmu agama. Kebersamaan dalam pondok telah membuat
hubungan kita melebihi saudara sekandung, kita bahkan merindukan untuk
saling berkumpul suatu saat nanti.
8. Tidak hanya biasa ngaji berjam-jam, kita juga siap dengan alat tempur jika tiba saatnya waktu roan.
Jumat berkah. Saatnya kerja bakti untuk menjaga kebersihan pondok tercinta.
Tentu
tidak selamanya kita berkutat dengan aktivitas keagamaan, dalam sekali
seminggu kita juga rutin membersihkan lingkungan pondok agar terlihat
selalu indah dan asri. Saat kerja bakti inilah kita bisa sejenak bisa
bersantai, menggunakan pakaian bebas asalkan pantas, dan bercanda ria
sambil bersih-bersih.
9. Sudah terbiasa tidur beralaskan tanah, beratapkan langit, berdempetan lengan, dan jungkir balik.
Tidur itu waktu yang paling ditunggu-tunggu setelah seharian penuh beraktivitas dengan penuh sungguh.
Bukan
tidak ingin tidur berbantalkan empuk dan kasur yang nyaman, kita hanya
lebih memilih untuk bisa tidur dengan tenang walaupun posisi sudah
acak-acakan. Kadang kita tidak punya tempat untuk tidur yang tetap,
asalkan bisa memejamkan mata saja sudah cukup.
10. Ketika kiriman dari keluarga santri lain datang, tiba-tiba kita bisa menjadi “predator”
Menikmati rezeki yang datang dari orang lain dengan cara yang "buas"
Bukan
kita tak tahu akhlak, tapi memang sudah seperti itu adatnya. Satu untuk
semua, semua untuk semua. Tak ada kepemilikan mutlak. Saat ada rezeki
pantang ditolak. Kiriman makanan yang datang dari teman-teman yang lain,
juga merupakan rezeki kita. Tak ada kata pelit kalau sudah berada di
lingkungan pondok. That's the rules!
11. Hati kita selalu rindu untuk kembali. Mengais berkah, mencari hikmah di penjara Ilahi.
Bro, reunian yuk. Lama gak ngumpul-ngumpul nih. Buka puasa bareng angkatan kita gimana?
Bisa
berkumpul dengan teman-teman sebaya, melakukan banyak hal di pondok
bersama-sama itu memang suatu kenangan yang takkan pernah terlupa.
Setidaknya memori indah tersebut pernah muncul pertama kali sesaat
wisuda akan terlaksana dan kembali terulang di lain waktu di saat raga
mulai menua.
Walaupun
di pondok makanan kita sudah dijamin, kadang kita juga sering minta
izin keluar atau bila ada waktu makan bareng teman di warung makan atau
semacamnya. Nah, pada saat itulah kemampuan manajemen keuangan kita
sering diuji. Mengukur nafsu makan yang sudah menggebu-gebu dengan
kuantitas lembaran kertas di dalam dompet harus dilakukan dengan penuh
seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. #lho?
Tak ayal,
jika sudah keadaan mepet seperti itu jurus memelas langsung dikeluarkan.
Berburu mangsa berupa teman yang masih banyak persedian bekal di dompet
maupun camilan ringan. Semua demi keberlangsungan hidup di pondok.
Wkwkwk…
Terima kasih sahabat-sahabatku semoga kalian menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi masyarakat....
teruntuk sahabatku di angkatan VII di antranya:
Agus salim Ermiyati
Abdul rohim Evita
Ramadhan saleh lubis Henny
Rohanta sinaga Lisda gantina
Muhammad ridho Siti lestari
Misro Safrida hanum
Salman
Zulfian
No comments:
Post a Comment