- Apabila tumbuh, tumbuh dari kebutuhannya
- Maka si pencari mendapatkan
- Apa yang dicarinya
- Barangsiapa menjadi pencari,
- Untuk mendapatkan tujuan
- Bahannya sakit
- Dan prinsipnya ridha
- Apabila ada obat bagi
- Kemalangannya
- Ke sanalah perginya
- Apabila ada bumi yang rendah
- Ke sanalah air mengalir
- Jarang mencari air
- Dan haus diperoleh
- Sehingga apabila air di dalam
- Wujudmu
- Menggeledah dari atas dan
- Bawah. Seperti itulah Alquran
- Mengatakan kepada kita :
- ....siapakah yang
- memperkenankan doa
- orang kecemasan di dalam
- kebutuhan ?" (QS 27 : 62)
- Iman dan Keyakinan Akan Dikabulkan
- Suatu syarat doa lainnya ialah iman dan keyakinan. Iman akan rahman dan rahim yang tiada batasnya dari Yang Mahaesa, iman bahwa tidak ada rintangan bagi-Nya untuk melimpahkan rahmat-Nya, iman bahwa pintu Ridha Allah tidak pernah tertutup bagi hamba-hamba-Nya dan bahwa kekurangan dan kesalahan terletak pada makhluk. Telah disebutkan dalam suatu hadis : "Apabila Anda berdoa memohon sesuatu, maka anggaplah bahwa apa yang Anda hasratkan itu sesungguhnya terletak di balik pintu."
- Imam Zainal ‘Abidin dalam doanya yang dikenal sebagai Doa Abi Hamzah Ats-Tsimali yang membumbung dengan harapan dan keyakinan serta yang didoakannya pada waktu sahur menjelang subuh dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah, berkata kepada Tuhan :
- Ya Allah, aku melihat jalan-jalan
- Permohonan kepada-Mu terbuka dan terbentang
- Aku melihat pengairan dari
- Harapan dalam diri-Mu
- Berlimpah-limpah
- Aku melihat pertolongan dari
- Rahmat-Mu
- Dan keridhaan-Mu
- Oleh orang yang mengharap
- Pada-Mu
- Untuk diperkenankan, dan
- Melihat pintu-pintu doa terbuka
- Bagi orang yang berseru
- Kepada-Mu
- Dan aku yakin bahwa Engkau
- Sedia menjawab doa
- Orang-orang yang berdoa
- Dan memberikan perlindungan
- Kepada yang mencarinya
- Dan aku tahu dengan yakin,
- Bahwa mencari pertolongan
- Dalam Kemahakuasaan-Mu
- Dan dipuaskan dengan keputusan-Mu
- Mencukupi kekurangan
- Dari kemelaratan si melarat
- Dan penindasan si penindas
- Kesesuaian Sistem Penciptaan dan Sunatullah
- Suatu persyaratan doa lainnya adalah bahwa doa itu tidak boleh bertentangan dengan sistem penciptaan dan sunnah Ilahi. Doa adalah untuk mencari pertolongan dan bantuan agar manusia itu mencapai tujuan-tujuan yang telah dispesifikasikan baginya dalam kerangka penciptaan dan dalam sunatullah yang sejalan dengan hukum alam dan penciptaan. Apabila doa itu demikian, maka ia mengambil bentuk kebutuhan yang alami dan orang yang berdoa itu ditolong dan dibantu oleh sistem penciptaan yang, karena keseimbangan dan keharmonisan yang dianugerahkan kepadanya, memeberikan rahmat dan kebaikan apabila ada kebutuhan. Namun, sekiranya meminta dan menuntut suatu hal tertentu bertentangan dengan tujuan penciptaan dan sunatullah, seperti umpamanya meminta hidup abadi di dunia ini, maka permintaan semacam itu bukanlah sesungguhnya doa, dan tidak akan dikabulkan.
- Sesuai dengan Keadaan Orang yang Berdoa
- Satu persyaratan lainnya ialah bah situasi-situasi lainnya dari kehidupan orang yang berdoa itu seharmoni dengan tujuan-tujuan penciptaan dan sunnah Allah. Hati harus suci dan bersih, nafkah hidupnya harus diperoleh dengan jalan yang halal, dan orang yang berdoa itu tidak boleh berbeban dengan apa yang diperolehnya dari manusia secara haram. Imam Ja’far Ash-Shadiq as mengatakan : "Apabila seseorang di antara kamu menghendaki agar doanya dikabulkan, ia harus membersihkan pekerjaannya dan membersihkan dirinya dari apa yang diperolehnya secara tidak halal dari manusia. Karena Allah tidak menerima doa dari seorang hamba yang mengandung sesuatu yang diperoleh menjadi miliknya dari orang lain secara tidak halal."
- Keadaan si Pemohon Bukanlah sebagai Akibat Dosanya
- Salah satu syarat lainnya lagi ialah bahwa keadaan orang yang berdoa itu, yang diharapkannya akan berubah dan dipulihkan, bukanlah sebagai akibat yang langsung dari pelanggarannya atas tanggung jawab dan kewajibannya. Dengan kata lain, keadaan dari mana si pendoa itu mengharapkan kelepasannya bukanlah hukuman dan akibat yang logis dari dosa-dosanya; karena apabila demikian halnya maka keadaannya tidak akan berubah sampai dia bertobat dan memperbaiki dirinya. Umpamanya amar makruf nahi munkar adalah suatu kewajiban. Kesejahteraan dan kerusakan masyarakat sepenuhnya tergantung pada terlaksana atau tidaknya prinsip ini. Konsekuensi yang logis dari sikap mengabaikan amar makruf nahi munkar ini ialah terbukanya jalan bagi para penjahat untuk menguasai masyarakat.
- Apabila orang lalai memenuhi kewajiban ini dan tertimpa akibat yang logis dari dosa karena kelalaian mereka, kemudian mereka hendak melepaskan diri dari penderitaannya melalui doa, maka hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Satu-satunya jalan dalam hal ini ialah bertobat dan kembali lagi kepada prinsip amar makruf nahi munkar dengan segala kemampuannya. Dalam hal ini secara berangsur-angsur mereka akan mencapai tujuannya serta maksud yang didambakannya. "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (13 : 11).
- Sunnah Allah berarti bahwa sementara orang tidak menghendaki untuk mengubah kondisi mereka sendiri dalam hal-hal yang berhubungan dengan mereka, maka Tuhan tidak akan mengubah kondisi-kondisi itu bagi mereka. Dikatakan dalam suatu hadis yang sahih : "Kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran atau (apabila tidak demikian maka) Allah pasti akan menempatkan kejahatan itu di antara kamu, lalu orang-orang yang baik di antara kamu akan berdoa tetapi doa mereka tidak akan dikabulkan." Sesungguhnya doa seperti itu juga bertentangan dengan sistem penciptaan dan sunnah Allah.
- Hal yang sama juga berlaku apabila seorang manusia hanya semata-mata berdoa dan tidak berusaha dengan tindakan. Orang ini pun melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sistem penciptaan dan sunatullah. Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib as mengatakan : "Orang yang berdoa tapi tidak berbuat adalah ibarat orang yang hendak memanahkan anak panah dengan busur tanpa tali pelentingnya." Ini berarti bahwa tindakan dan perbuatan saling mengisi dan doa tanpa tindakan tidaklah efektif.
- Doa Tidak Boleh Dijadikan Pengganti Tindakan
- Suatu syarat lain ialah bahwa doa itu haruslah merupakan manifestasi kebutuhan yang sesungguhnya, dalam keadaan di mana manusia tidak mempunyai jalan untuk memperoleh apa yang didambakannya, ketika ia tidak berdaya dan tidak berkemampuan. Apabila Allah telah menganugerahkan kepada manusia kunci bagi kebutuhannya, namun ia menyia-nyiakan rahmat itu dan tidak hendak menggunakan kunci itu lalu memohon kepada Tuhan untuk membukakan pintu itu dengan kunci yang telah ada di tangannya sendiri dan membebaskannya dari beban untuk menggunakan kunci itu, maka tentu saja doa semacam itu tidak patut dikabulkan.
- Doa-doa seperti itu harus pula dimasukkan dalam kategori doa yang menentang sistem penciptaan. Doa adalah untuk mendapatkan kemampuan, dan berdoa ketika Tuhan telah menganugerahkan kemampuan yang dikehendaki itu kepada manusia, samalah halnya dengan berusaha untuk mendapatkan apa yang sesungguhnya telah diperolehnya. Hal itu adalah ibarat orang yang berjalan di sepanjang tembok miring yang akan runtuh sambil mendoakan agar tembok itu tidak runtuh dan menimpanya; ia melihat tembok itu hendak runtuh, tetapi ia tidak hendak menyingkir dari situ, sambil terus berdoa supaya tembok itu tidak runtuh dan menimpanya. Atau, ibarat orang yang duduk-duduk di dalam rumah, tidak mau bekerja, dan terus berdoa kepada Tuhan untuk memberikan nafkah kepadanya. Dalam hal-hal seperti ini doa itu tidak ada gunanya dan kosong dari kejiwaan. Hal-hal semacam ini disebutkan di sini sebagai contoh-contoh untuk saat-saat ketika seorang manusia mampu mencapai tujuan dan maksudnya melalui tindakan, kebijaksanaan, dan penalaran pikiran, namun hendak menggantikan tindakan dan usaha dengan doa. Ini tidak benar. Dalam sistem penciptaan, doa bukanlah pengganti usaha dan tindakan, tetapi sebagai pelengkap yang melengkapi usaha dan tindakan.
- Nikmatnya Doa
- Orang-orang yang menikmati kesenangan berdoa dan membebaskan diri dari segala ciptaan, untuk bergerak ke arah Al-Khaliq (Pencipta), tidak akan mengenal kebahagiaan dan nikmat yang lebih besar dari itu. Bagi orang-orang seperti ini doa mencapai puncak kekuatan, kemuliaan, keluhuran, dan berkat. Hal itu meliputi orang yang berdoa itu dalam kelapangan dan ia melihat bahwa suatu keridhaan Ilahi yang istimewa meliputi dirinya. Ia menyaksikan akibat dari doanya dikabulkan : Allah, anugerahkanlah kiranya kepada saya nikmat yang sebaik-baiknya atas apa yang saya keluhkan kepada-Mu, dan karuniakanlah kiranya kepada saya merasakan rasa kemurahan dalam anugerah-Mu atau apa yang saya mohonkan daripada-Mu.
- Orang-orang yang bijaksana mengatakan bahwa ada perbedaan antara pengetahuan yang yakin (ilmul yaqin), penglihatan yang pasti (‘ainul yaqin) dan kepastian yang sesungguhnya (haqqul yaqin). Mereka mengajukan contoh sebagai berikut : bayangkanlah akan api; ada saatnya ketika Anda melihat akibat dari api. Umpamanya, Anda melihat gumpalan asap. Anda tahu bahwa di sana ada api darimana asap itu membumbung ke langit; ini pengetahuan yang pasti, ‘ilmul yaqin. Pada saat lainnya, Anda melihat api itu sendiri dari dekat; ini penglihatan yang pasti dan lebih tinggi tarafnya dari ‘ilmul yaqin, karena ini berarti penyaksian sendiri. Pada saat yang lain Anda berada demikian dekatnya kepada api itu sehingga Anda merasakan hangat dan panasnya; ini namanya haqqul yaqin.
- Manusia mungkin dengan sepenuhnya menyadari akan Tuhan serta percaya dengan mengakui Ada-Nya, tetapi dalam kehidupannya sehari-hari ia tidak berhasil melihat kenikmatan-kenikmatan yang istimewa yang ada saat-saatnya dianugerahkan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Ini tingkatan yang dinamakan tingkat ‘ilmul yaqin. Tetapi ada saat-saatnya ketika ia sesungguhnya menyaksikan efek-efek dari Tauhid dan ia melihat doa-doanya terkabul. Ia percaya dan berandal kepada Tuhan, ia menolak kepercayaan kepada yang lain kecuali Tuhan, dan sepanjang hidupnya ia melihat efek-efek dari keyakinan dan kepercayaannya. Singkatnya, ia menyaksikan efek-efek Tauhid (Ketuhanan Yang Mahaesa), inilah ‘ainul yaqin. Hamba-hamba Allah yang beruntung mencapai tahap ini, yang yakin dan percaya kepada Allah dan menyaksikan efek-efek dari doa-doanya. Mereka merasakan kenikmatan-kenikmatan yang sangat tinggi yang sukar untuk kita bayangkan. Tahap yang lebih tinggi tentu saja ialah apabila orang yang berdoa itu melihat dirinya sendiri mempunyai kontak yang langsung dengan Hakikat Ilahi. Sesungguhnya ia tidak lagi melihat dirinya sendiri, ia melihat tindakan itu sebagai Tindakan-Nya, atribut-atribut itu sebagai Atribut-Nya, dan, singkatnya, ia melihat Tuhan dalam segala sesuatu.
- Apabila seorang manusia mempelajari suatu kerajinan (craft), belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudian setelah belajar selama bertahun-tahun dengan sakit dan susah payahnya, ia melihat untuk pertama kalinya hasil karyanya – umpamanya ia melihat pasien yang disembuhkannya, bangunan yang didirikan sesuai dengan perhitungannya – maka ia akan merasa senang. Ia merasakan suatu kebanggaan dalam dirinya, dan ini merupakan suatu bentuk kenikmatan yang dirasakan apabila seorang manusia melihat hasil usahanya sendiri.
- Alangkah bahagianya seorang manusia apabila ia menyaksikan hasil dari imannya ! Apabila ia melihat kenikmatan yang khusus dari Allah ! Kehormatan yang dirasakan seorang manusia karena berhasil di dalam jalan Tauhid ! Sungguh kenikmatan dan kebesaran hati yang dialami dalam keadaan seperti itu adalah seribu kali lebih besar, lebih nikmat, dan lebih manis dibanding dengan keadaan bagaimanapun juga. Semoga Allah memandang kita sebagai yang patut berdoa dan memohon kepada-Nya untuk menikmati manfaat dari kemajuan ruhani yang suci itu.
No comments:
Post a Comment